Penasaran bagaimana laki-laki lansia bisa terus produksi #sperma? Peneliti gunakan hasil penelitiannya bantu infertilitas pria
Dengan menggunakan teknik terkini, sejumlah peneliti dapat mendefinisikan tipe-tipe sel pada testis manusia yang baru lahir dan dewasa, dan membuka jalan bagi strategi baru untuk mengobati infertilitas pria dengan sel batang.
Pada pria normal, produksi kandungan sperma - atau dikenal dengan istilah spermatogenesis - bisa menghasilkan lebih dari 1.000 sperma per detik. Kemampuan produktivitas ini sebagiannya berasal dari sejenis sel khusus yang disebut sel batang spermatogonial. Kedahsyatan sel batang ini telah memungkinkan banyak selebriti gaek, termasuk Robert DeNiro dan Pablo Picasso, bisa menjadi ayah bagi anak-anaknya meski telah berumur 65 tahun.
Namun, sel batang spermatogonial ini belum diteliti dengan baik pada manusia, dan upaya menumbuhkannya di laboratorium untuk tujuan klinis memiliki keberhasilan yang terbatas. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 5 Februari 2019 di Cell Reports, para peneliti di University of California San Diego School of Medicine menggunakan teknik yang disebut sekuensing RNA sel tunggal untuk mengembangkan gambaran yang lebih jelas tentang sel batang spermatogonial manusia dan bagaimana sperma itu dibentuk. Mereka juga mengembangkan alat untuk mengisolasi sel batang ini dengan lebih baik.
Hasil yang dicapai ini, menurut penelitinya, membuka peluang bahwa transplantasi sel batang spermatogonial dapat dikembangkan untuk mengobati infertilitas pada pria, sebuah masalah yang memengaruhi lebih dari 100 juta pria di seluruh dunia.
"Sekuensing RNA sel tunggal menentukan aktivitas ratusan gen dalam genom sel tunggal," kata peneliti senior Miles Wilkinson, PhD, profesor di Departemen Obstetri, Ginekologi dan Ilmu Reproduksi di UC San Diego School of Medicine. “Karena setiap jenis sel memiliki kombinasi gen aktif yang berbeda, teknik ini memungkinkan jenis sel baru dapat diidentifikasi. Dengan menerapkan pendekatan ini pada testis, kami menemukan banyak tahapan berbeda dari sel-sel prekursor sperma pada testis manusia.”
Pada testis manusia dewasa, para peneliti mengidentifikasi beberapa subtipe sel yang kemungkinan termasuk sel-sel batang spermatogonial. Mereka juga menemukan sel-sel dengan karakteristik sel batang spermatogonial pada bayi manusia yang baru lahir.
"Mengingat bahwa sel-sel batang spermatogonial tidak diperlukan untuk menghasilkan sperma sampai masa pubertas, temuan pada bayi baru lahir ini meningkatkan kemungkinan bahwa sel-sel ini melakukan fungsi yang belum diketahui pada bayi dan anak-anak," kata Wilkinson.
Studi mereka juga mengidentifikasi banyak molekul unik - biomarker - yang mendefinisikan sel batang spermatogonial. Biomarker ini, yang mereka deteksi dengan antibodi spesifik, memungkinkan para peneliti untuk secara efisien menangkap sel-sel batang spermatogonial manusia.
Tim Wilkinson juga mengidentifikasi gen yang aktif dalam sel lain yang mendukung sel batang spermatogonial. Temuan ini dapat membantu para peneliti mengembangkan koktail protein yang mendorong proliferasi sel batang spermatogonial di laboratorium, dan memungkinkan meningkatkan jumlah sel untuk aplikasi klinis.
"Ini adalah bukti utama bagi studi klinis di masa depan untuk menggunakan terapi sel batangn spermatogonial sebagai sarana mengobati pria yang menderita infertilitas, termasuk pasien kanker yang mandul karena kemoterapi," kata Wilkinson.
University of California
Pada pria normal, produksi kandungan sperma - atau dikenal dengan istilah spermatogenesis - bisa menghasilkan lebih dari 1.000 sperma per detik. Kemampuan produktivitas ini sebagiannya berasal dari sejenis sel khusus yang disebut sel batang spermatogonial. Kedahsyatan sel batang ini telah memungkinkan banyak selebriti gaek, termasuk Robert DeNiro dan Pablo Picasso, bisa menjadi ayah bagi anak-anaknya meski telah berumur 65 tahun.
Namun, sel batang spermatogonial ini belum diteliti dengan baik pada manusia, dan upaya menumbuhkannya di laboratorium untuk tujuan klinis memiliki keberhasilan yang terbatas. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 5 Februari 2019 di Cell Reports, para peneliti di University of California San Diego School of Medicine menggunakan teknik yang disebut sekuensing RNA sel tunggal untuk mengembangkan gambaran yang lebih jelas tentang sel batang spermatogonial manusia dan bagaimana sperma itu dibentuk. Mereka juga mengembangkan alat untuk mengisolasi sel batang ini dengan lebih baik.
Hasil yang dicapai ini, menurut penelitinya, membuka peluang bahwa transplantasi sel batang spermatogonial dapat dikembangkan untuk mengobati infertilitas pada pria, sebuah masalah yang memengaruhi lebih dari 100 juta pria di seluruh dunia.
"Sekuensing RNA sel tunggal menentukan aktivitas ratusan gen dalam genom sel tunggal," kata peneliti senior Miles Wilkinson, PhD, profesor di Departemen Obstetri, Ginekologi dan Ilmu Reproduksi di UC San Diego School of Medicine. “Karena setiap jenis sel memiliki kombinasi gen aktif yang berbeda, teknik ini memungkinkan jenis sel baru dapat diidentifikasi. Dengan menerapkan pendekatan ini pada testis, kami menemukan banyak tahapan berbeda dari sel-sel prekursor sperma pada testis manusia.”
Pada testis manusia dewasa, para peneliti mengidentifikasi beberapa subtipe sel yang kemungkinan termasuk sel-sel batang spermatogonial. Mereka juga menemukan sel-sel dengan karakteristik sel batang spermatogonial pada bayi manusia yang baru lahir.
"Mengingat bahwa sel-sel batang spermatogonial tidak diperlukan untuk menghasilkan sperma sampai masa pubertas, temuan pada bayi baru lahir ini meningkatkan kemungkinan bahwa sel-sel ini melakukan fungsi yang belum diketahui pada bayi dan anak-anak," kata Wilkinson.
Studi mereka juga mengidentifikasi banyak molekul unik - biomarker - yang mendefinisikan sel batang spermatogonial. Biomarker ini, yang mereka deteksi dengan antibodi spesifik, memungkinkan para peneliti untuk secara efisien menangkap sel-sel batang spermatogonial manusia.
Tim Wilkinson juga mengidentifikasi gen yang aktif dalam sel lain yang mendukung sel batang spermatogonial. Temuan ini dapat membantu para peneliti mengembangkan koktail protein yang mendorong proliferasi sel batang spermatogonial di laboratorium, dan memungkinkan meningkatkan jumlah sel untuk aplikasi klinis.
"Ini adalah bukti utama bagi studi klinis di masa depan untuk menggunakan terapi sel batangn spermatogonial sebagai sarana mengobati pria yang menderita infertilitas, termasuk pasien kanker yang mandul karena kemoterapi," kata Wilkinson.
University of California
Comments
Post a Comment